Langsung ke konten utama

Fun Fact: Kalian Tau Gak Sih Erotomania Itu Apa? Yuk Sama-sama Kita Belajar Bareng




EROTOMANIA

    Erotomania adalah kondisi di mana seseorang meyakini dengan kuat bahwa ada seseorang yang mencintainya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Bahkan, dalam beberapa kasus, penderita erotomania mungkin meyakini bahwa orang terkenal tertentu mencintainya.

    Orang dengan erotomania memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka sedang disukai oleh seseorang, meskipun orang tersebut mungkin tidak mengenal atau pernah bertemu dengan mereka.

     Gangguan delusi erotomania bisa muncul hanya dari berkhayal, mendengar berita, atau melihat aktivitas di media sosial seseorang. Meskipun gangguan ini lebih umum dialami oleh wanita, pria juga dapat mengalaminya.

Gejala yang dapat menjadi tanda-tanda seseorang sedang mengalami gangguan erotomania

    Selain keyakinan yang berlebihan bahwa seseorang mencintainya, penderita erotomania juga mungkin mengalami gejala-gejala berikut:

  1. Menghabiskan waktu berbicara tentang orang yang mereka yakini mencintai mereka secara terus-menerus.
  2. Meluangkan waktu untuk mencari tahu dan memikirkan tentang orang yang mereka percayai mencintai mereka.
  3. Berusaha untuk berkomunikasi dengan orang yang mereka yakini mencintai mereka, baik dengan menelepon, mengirim surat dan pesan singkat, atau memberikan hadiah.
  4. Merasa cemburu terhadap orang lain yang mereka yakini memiliki hubungan dengan orang yang mereka yakin jatuh cinta padanya.
  5. Merasa bahwa orang yang mereka yakini mencintai mereka berusaha untuk berkomunikasi secara rahasia dengan mereka melalui pandangan, gerak-gerik, atau bahkan status media sosial.
  6. Melakukan tindakan menguntit (stalking) terhadap orang yang mereka yakini mencintai mereka.
  7. Pada pasien erotomania yang juga menderita gangguan mental seperti skizofrenia atau gangguan bipolar, sering kali akan muncul gejala psikosis.

    Kondisi ini ditandai dengan adanya delusi atau waham yang tiba-tiba semakin parah, disertai peningkatan energi yang berlebihan, berbicara dengan cepat, kesulitan tidur, dan bahkan keberanian untuk melakukan tindakan berbahaya demi orang yang mereka yakini mencintainya.

Penyebab munculnya gangguan Erotomania

    Hingga saat ini, penyebab erotomania belum sepenuhnya dipahami dengan jelas. Namun, gangguan ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk faktor genetik, biologis, psikologis, dan lingkungan.

 Selain itu, erotomania juga sering kali terkait dengan gangguan jiwa tertentu, seperti:

  1. Skizofrenia
  2. Gangguan bipolar
  3. Gangguan skizoafektif
  4. Depresi
  5. Gangguan kepribadian,seperti gangguan kepribadian borderline.

Beberapa penelitian juga menyarankan bahwa erotomania bisa menjadi mekanisme koping untuk mengatasi stres dan trauma berat yang dialami seseorang. Selain itu, beberapa kondisi medis seperti tumor otak atau penyakit Alzheimer juga dapat menyebabkan gejala erotomania.

Bagaimana cara mengatasi gangguan Erotomania

    Untuk menangani gangguan delusi erotomania, penting untuk menjalani pemeriksaan kejiwaan oleh psikolog atau psikiater. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menegakkan diagnosis erotomania dan juga memastikan apakah ada gangguan jiwa lain yang mungkin bersamaan.

    Secara umum, terdapat dua jenis pengobatan untuk erotomania, yaitu psikoterapi dan pemberian obat-obatan. Psikoterapi bertujuan untuk mengatasi gejala delusi dan psikosis yang dialami oleh pasien. Sementara itu, pemberian obat-obatan juga dapat direkomendasikan untuk membantu mengendalikan gejala-gejala tersebut.

DAFTAR PUSAKA

excerpts., T. a.-1. (Volume 3, Number 1, March 2024). Analisis Aspek Kepribadian Tokoh Qays dalam Novel LAYLA MAJNUN Karya Syekh Nizami. Jurnal Pendidikan, Bahasa dan Budaya, 157-167.

Siva Milano Salima, A. K. (2024). Analisis Aspek Kepribadian Tokoh Qays dalam Novel LAYLA MAJNUN Karya Syekh Nizami. Jurnal Pendidikan, Bahasa dan Budaya, 157-167.

Susilawati, E. (2020). KOTAK-KOTAK INGATAN’. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, 79-88.

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar tentang Impostor Syndrome? mari kita sama-sama mempelajarinya!

  IMPOSTOR SYNDROME Impostor syndrome adalah perasaan dimana seseorang merasa kesuksesan mereka disebabkan oleh kebetulan atau keberuntungan atau usaha keras yang misterius dan bukan karena kemampuan dan kompetensi mereka sendiri, hal ini dapat diukur melalui fake, luck dan discount. Orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap terbentuknya fenomena Impostor Syndrome pada anak-anak mereka. Ketika bertemu dengan penderita Impostor Syndrome yang sudah dewasa, pesan atau perilaku yang diberikan oleh orang tua mereka di masa kanak-kanak adalah faktor pendorong munculnya Impostor Syndrome . Pesan yang biasanya diterima dari orang tua hanyalah kritik dan jarang mendapat pujian dari orang tua. Ketika seorang anak mendengar kritik yang konsisten untuk sesuatu yang tidak sempurna, mereka belajar bahwa tidak ada hal lain yang penting, orang tua hanya memperhatikan tentang kesalahan yang dilakukan oleh anak mereka. Di sisi lain, jika anak tidak pernah menerima pujian apa pun...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar istilah "SELF CARE" ?? Yuk kita cari tau sama-sama

SELF CARE        Self-care merujuk pada tindakan individu untuk merawat dirinya sendiri secara fisik, mental, dan emosional guna menjaga kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Self-care adalah konsep yang melibatkan kesadaran individu terhadap kebutuhan pribadinya serta pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ini dapat mencakup hal-hal seperti istirahat yang cukup, menjaga pola makan sehat, olahraga, meditasi, hingga mengelola stres dan emosi.      Menurut World Health Organization (WHO), self-care adalah kemampuan individu, keluarga, dan komunitas untuk mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit, menjaga kesehatan, dan mengatasi penyakit dengan atau tanpa dukungan tenaga kesehatan. Aspek Self-Care: 1. Self-Care Fisik: Melibatkan kegiatan yang membantu menjaga kesehatan fisik, seperti tidur yang cukup, pola makan seimbang, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan diri. 2. Self-Care Mental: Fokus pada menjaga kesehatan mental dan emosional ...