Langsung ke konten utama

SEJARAH ALIRAN PSIKOLOGI

 Pengertian, Sejarah dan Aliran Psikologi

 

A. Pengertian 

​Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari manusia dan hubungannya dengan lingkungannya. Manusia sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan tingkah laku yang berbeda satu dengan yang lainnya. Manusia memiliki kecerdasan, akal pikiran, tingkah laku yang berbeda dari makhluk lainnya, sehingga manusia merupakan makhluk yang sempurna baik fisik maupun mental.

 

B. Sejarah

1. Filsafat mental

Filsuf-filsuf besar seperti Sokrates, Plato, dan Aristoteles telah mengembangkan “filsafat mental” yang membahas persoalan ‘body-mind problems’. Rene Descartes memandang manusia punya dua unsur yg tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi, yaitu

“jiwa” dan “raga”.

2. Psikologi eksperimen

Awal abad ke 19 mulai menampakkan kemajuan. Perkembangan psikologi modern berkaitan dengan eksperimen2 mengenai pengalaman2 inderawi

3. Psikologi menjadi disiplin ilmu mandiri

Wilhelm Wundt seorang dokter, filsuf, dan ahli fisika melakukan eksperimen tentang proses kesadaran meliputi penginderaan dan kesadaran. Tahun 1878 Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig, Jerman. Kemudian dianggap sebagai lahirnya Psikologi sebagai ilmu mandiri di luar filsafat, biologi, kimia, dan fisika.

 

C. Ruang lingkup dan Aliran Psikologi 

Tiga awal aliran psikologi :

1. Strukturalisme Wilhelm Wundt

Pendekatan Psikologi yang menekankan pada analisis pengalaman langsung ke dalam elemen2 dasar. Fokus pada “apa” yg terjadi ketika organisme melakukan sesuatu.

2. Fungsionalisme William James

Diilhami oleh teori evolusi Charles Darwin. Menekankan pada fungsi atau tujuan perilaku dan kesadaran. Fokus pada ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’.

3. Psikoanalisis Singmund Frued

Menekankan pada pentingnya ketidaksadaran sebagai penyebab munculnya berbagai masalah mental dan emosional. Berkembang menjadi metode psikoterapi.

 

D. Aliran Lain Yang Dominan

1. Psikologi Asosiasi

2. Psikologi Gestalt

3. Psikologi Behaviorisme

4. Psikologi Humanistik

5. Psikologi Feminisme

 

 

Psikologi Bagian dari Filsafat, Plato Aristoteles

 

A. Psikologi dalam pemikiran para Filsuf

Di dalam pengkajian psikologi yang dipelajari dari manusia adalah mengenai jiwa atau mental. Pada awalnya psikologi merupakan bagian dari filsafat, sebelum akhirnya psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri Dapat dikemukakan bahwa ilmu-ilmu yang telah memisahkan diri dari filsafat itupun masih ada hubungan dengan filsafat, terutama mengenai hal-hal yang menyangkut sifat hakekat serta tujuan dari ilmu pengetahuan itu. (Abu Ahmadi, 2003:28-29)

 

B. Aristoteles dan pemikiran psikologisnya

Aristoteles adalah seorang filsuf yang sangat berpengaruh dalam pemikiran barat. Saat berusia 17 tahun, Aristoteles pergi ke Athena dan belajar di Akademi Plato selama 20 tahun. Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoology. Di dunia filsafat, Aristoteles terkenal sebagai bapak logika. Logikanya disebut sebagai logika Tradisional, karena nantinya berkembang dengan apa yang disebut sebagai logika modern. Logika Aristoteles itu sering juga disebut logika formal. Pada sekitar tahun 350 SM ia menulis buku yang membahas psikologi dalam sudut pandang Biologi Aristoteles yang berjudul De Anima yang berarti “Tentang Jiwa”. Menurut Aristoteles, jiwa dan badan di anggap sebagai dua aspek yang menyangkut satu substansi saja. Jiwa tidak mungkin terlepas dari badan atau tubuh, karena jiwa dan tubuh adalah satu seperti sepotong lilin dan bentuk yang di terima lilin itu dari materi. Di sini Aristoteles mempersamakan jiwa dan forma serta tubuh dengan materi yang tak dapat di pahami secara terpisah. Ajaran Aristoteles yang menyatakan bahwa jiwa dan tubuh merupakan satu kesatuan yang utuh tidak dapat dipisahkan. Jiwa bersatu dengan tubuh dan kedua-duanya merupakan suatu substansi. Jika tubuh mati maka jiwa pun dapat mati karena jiwa dan tubuh adalah satu kesatuan.

 

C. Plato dan pemikiran psikologisnya

Plato merupakan salah satu filsuf yang terlahir di Athena pada tahun 428/7 SM dan meninggal pada tahun 427 SM di Athena pula pada usia 80 tahun. Plato terlahir pada keluarga terkemuka di Athena, ayahnya bernama Ariston, seorang bangsawan keturunan raja Kodrus, dan ibunya bernama Priktione Sejak usia 20 tahun, Plato mengikuti pelajaran Sokrates dan pengaruhnya demikian kuat, sehingga menjadi muridnya yang setia. Dasar manusia menurut Plato adalah jiwa dan raga, Menurut Plato, manusia adalah makhluk ganda. Manusia memiliki tubuh yang "berubah", yang tidak terpisahkan dengan dunia indera, dan tunduk pada takdir yang sama seperti segala sesuatu yang lain di dunia ini. Semua yang manusia indera didasarkan pada tubuh, dan karenanya tidak dapat dipercaya. Namun manusia memiliki jiwa yang abadi, dan jiwa inilah dunianya akal, dan karena tidak bersifat fisik, jiwa dapat menyelidiki dunia ide.

 

D. Ciri-ciri pemikiran psikologi periode filsafat

1. Kontribusi filsafat dalam psikologi yaitu menegaskan akar historis. Dengan mempelajari teks kuno maupun teks modern maka psikolog dapat memberikan sudut pandang atau pemikiran baru untuk perkembangan ilmu psikologi.

2. Fungsi filsafat secara khusus yaitu memberikan kerangka berpikir sistematis, logis sekaligus rasional. Metode pendekatan dan penarikan kesimpulan diambil atas dasar prinsip logika secara sistematis dan rasional.

3. Cabang penting dalam filsafat untuk perkembangan ilmu psikologi yaitu etika. Etika yang dimaksud adalah moral yang berhubungan dengan baik atau buruk. Sementara dalam praktek ilmiah, etika menjadi panduan agar penelitian tidak melanggar nilai moral dasar.

4. Eksistensialisme merupakan cabang filsafat yang merefleksikan manusia yang akan selalu bereksistensi dan terus melakukan proses untuk mendapat makna dan tujuan hidup.

5. Ilmu filsafat bisa mengangkat asumsi psikologi. Dalam artian berguna untuk fungsi kritik pada asumsi. Namun kritik yang diberikan harus konstruktif agar ilmu psikologi dapat berkembang menuju arah lebih manusiawi dan memahami realitas. Asumsi dibagi menjadi 3: Antropologis, Epistemologis dan Metafisis.

6. Filsafat memberi refleksi teori sosial kontemporer dalam perkembangan psikologi sosial. Para filsuf dibekali banyak cara pandang fenomena sosial politik seperti massa, kekuasaan, negara, masyarakat, legitimasi, ekonomi, hukum dan budaya.

7. Ilmu filsafat merupakan cabang dari filsafat yang menyumbang besar untuk perkembangan ilmu macam-macam psikologi khusus. Psikolog membutuhkan kemampuan berpikir ilmu filsafat agar psikolog tetap sadar jika ilmu sebenarnya tidak pernah mencapai kepastian mutlak dalam level probabilitas.

8. Ilmu filsafat bisa memiliki peran menilai secara kritis tentang yang dianggap benar oleh ilmu psikologi kognitif. Kelemahan yang perlu diperhatikan yaitu jika pelaku ilmu berpendapat bahwa tidak ada ilmu yang dibenarkan selain ilmu mereka.

9. Filsafat merupakan ilmu yang mempertanyakan jawaban sedangkan psikologi merupakan ilmu yang menjawab pertanyaan. Dengan kata lain, hal tersebut berguna untuk menyelesaikan masalah menurut psikologi.

10. Filsafat dan psikologi bersifat saling melengkapi. Apabila psikologi menjelaskan detail gejala psikis, maka filsafat menargetkan pada aspek manusia secara menyeluruh.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fun Fact: Kalian Tau Gak Sih Erotomania Itu Apa? Yuk Sama-sama Kita Belajar Bareng

EROTOMANIA      Erotomania adalah kondisi di mana seseorang meyakini dengan kuat bahwa ada seseorang yang mencintainya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Bahkan, dalam beberapa kasus, penderita erotomania mungkin meyakini bahwa orang terkenal tertentu mencintainya.      Orang dengan erotomania memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka sedang disukai oleh seseorang, meskipun orang tersebut mungkin tidak mengenal atau pernah bertemu dengan mereka.       Gangguan delusi erotomania bisa muncul hanya dari berkhayal, mendengar berita, atau melihat aktivitas di media sosial seseorang. Meskipun gangguan ini lebih umum dialami oleh wanita, pria juga dapat mengalaminya. Gejala yang dapat menjadi tanda-tanda seseorang sedang mengalami gangguan erotomania      Selain keyakinan yang berlebihan bahwa seseorang mencintainya, penderita erotomania juga mungkin mengalami gejala-gejala berikut: Menghabiskan waktu berbicara tentang orang yang ...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar tentang Impostor Syndrome? mari kita sama-sama mempelajarinya!

  IMPOSTOR SYNDROME Impostor syndrome adalah perasaan dimana seseorang merasa kesuksesan mereka disebabkan oleh kebetulan atau keberuntungan atau usaha keras yang misterius dan bukan karena kemampuan dan kompetensi mereka sendiri, hal ini dapat diukur melalui fake, luck dan discount. Orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap terbentuknya fenomena Impostor Syndrome pada anak-anak mereka. Ketika bertemu dengan penderita Impostor Syndrome yang sudah dewasa, pesan atau perilaku yang diberikan oleh orang tua mereka di masa kanak-kanak adalah faktor pendorong munculnya Impostor Syndrome . Pesan yang biasanya diterima dari orang tua hanyalah kritik dan jarang mendapat pujian dari orang tua. Ketika seorang anak mendengar kritik yang konsisten untuk sesuatu yang tidak sempurna, mereka belajar bahwa tidak ada hal lain yang penting, orang tua hanya memperhatikan tentang kesalahan yang dilakukan oleh anak mereka. Di sisi lain, jika anak tidak pernah menerima pujian apa pun...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar istilah "SELF CARE" ?? Yuk kita cari tau sama-sama

SELF CARE        Self-care merujuk pada tindakan individu untuk merawat dirinya sendiri secara fisik, mental, dan emosional guna menjaga kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Self-care adalah konsep yang melibatkan kesadaran individu terhadap kebutuhan pribadinya serta pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ini dapat mencakup hal-hal seperti istirahat yang cukup, menjaga pola makan sehat, olahraga, meditasi, hingga mengelola stres dan emosi.      Menurut World Health Organization (WHO), self-care adalah kemampuan individu, keluarga, dan komunitas untuk mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit, menjaga kesehatan, dan mengatasi penyakit dengan atau tanpa dukungan tenaga kesehatan. Aspek Self-Care: 1. Self-Care Fisik: Melibatkan kegiatan yang membantu menjaga kesehatan fisik, seperti tidur yang cukup, pola makan seimbang, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan diri. 2. Self-Care Mental: Fokus pada menjaga kesehatan mental dan emosional ...