Langsung ke konten utama

Fun Fact Psikologi: Eating Disorder

 Oleh:

Divisi Keilmuan HMJ Psikologi UIN Walisongo Semarang

            Apakah kamu pernah mengenal seseorang dengan perilaku makan yang tampak terganggu seperti pesta makan (makan berlebihan) dan diet yang berlebihan? Atau mungkin kamu pernah menemui orang yang menderita obesitas? Mungkinkah orang-orang tersebut mengalami gangguan makan? Mari kita pelajari bersama!

1.      Apa itu “Eating Disorder”?

Eating disorder atau gangguan makan dapat diartikan sebagai perilaku makan yang tidak teratur dan disertai dengan cara-cara maladaptif untuk mengontrol berat badan. Gangguan makan ini biasanya terjadi bersamaan dengan gangguan psikologis lainnya seperti depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan penyalahgunaan obat (Jenkins dkk., 2011).

Orang dengan eating disorder sangat terobsesi dengan berat badan dan keinginan untuk mencapai citra kurus yang berlebihan. Sebagian lainnya seakan tidak bisa lepas dari siklus berulang berupa makan secara berlebihan kemudian berusaha membersihkan makanan yang ada ditubuhnya dengan cara memuntahkan atau menggunakan obat pencahar.

2.      Apa saja bentuk dari “Eating Disorder”?

Kali ini kita akan membahas dua bentuk dari gangguan makan yang paling populer, diantaranya:

A.    Anoreksia Nervosa

Kata “anorexia” berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata an- yang berarti “tanpa” dan orexis yang berarti “keinginan untuk”, sehingga anorexia dapat diartikan “tanpa keinginan untuk (makan)”. Meski secara arti tersebut dapat dipahami bahwa orang dengan anoreksia tampak kehilangan atau tidak memiliki nafsu makan, pada kenyataannya mereka tetap memiliki keinginan untuk makan namun mereka lebih memilih untuk tidak makan guna menjaga citra kurus yang mereka obsesikan. Kebiasaan ini membuat penderita anoreksia nervosa menjadi kurus kering.

B.     Bulimia Nervosa

Kata “bulimia” berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata bous yang berarti “sapi” dan limusin yang berarti “lapar”. Gabungan kata tersebut menggambarkan suatu pola makan yang terus menerus, seperti sapi yang mengunyah makanannya. Bulimia ditandai dengan adanya episode makanan berlebihan lalu melakukan cara-cara yang tidak tepat untuk menebus episode tersebut seperti memuntahkan kembali makanan, olahraga berlebihan, puasa berlebihan, dan menggunakan obat pencahar. Berbeda dengan penderita anoreksia yang memiliki tubuh kurus, penderita bulimia cenderung memiliki berat badan normal.

3.      Pengobatan Anoreksia dan Bulimia

Anoreksia dan bulimia seringkali sulit untuk diobati dan hasilnya tetap kurang memuaskan di banyak kasus. Kebanyakan orang dengan gangguan makan tidak mendap perawatan medis yang tepat untuk gangguan spesifik yang mereka alami. Adapun beberapa pengobatannya yaitu:

a.       Rawat inap

b.      Terapi perilaku

c.       Terapi psikodinamik

d.      Terapi keluarga

e.       Terapi perilaku kognitif (CBT)

f.        Psikoterapi interpersonal (IPT)

g.      Obat antidepresan

Sumber: Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2014). Psikologi abnormal (Edisi 9). Jakarta: Erlangga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fun Fact: Kalian Tau Gak Sih Erotomania Itu Apa? Yuk Sama-sama Kita Belajar Bareng

EROTOMANIA      Erotomania adalah kondisi di mana seseorang meyakini dengan kuat bahwa ada seseorang yang mencintainya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Bahkan, dalam beberapa kasus, penderita erotomania mungkin meyakini bahwa orang terkenal tertentu mencintainya.      Orang dengan erotomania memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka sedang disukai oleh seseorang, meskipun orang tersebut mungkin tidak mengenal atau pernah bertemu dengan mereka.       Gangguan delusi erotomania bisa muncul hanya dari berkhayal, mendengar berita, atau melihat aktivitas di media sosial seseorang. Meskipun gangguan ini lebih umum dialami oleh wanita, pria juga dapat mengalaminya. Gejala yang dapat menjadi tanda-tanda seseorang sedang mengalami gangguan erotomania      Selain keyakinan yang berlebihan bahwa seseorang mencintainya, penderita erotomania juga mungkin mengalami gejala-gejala berikut: Menghabiskan waktu berbicara tentang orang yang ...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar tentang Impostor Syndrome? mari kita sama-sama mempelajarinya!

  IMPOSTOR SYNDROME Impostor syndrome adalah perasaan dimana seseorang merasa kesuksesan mereka disebabkan oleh kebetulan atau keberuntungan atau usaha keras yang misterius dan bukan karena kemampuan dan kompetensi mereka sendiri, hal ini dapat diukur melalui fake, luck dan discount. Orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap terbentuknya fenomena Impostor Syndrome pada anak-anak mereka. Ketika bertemu dengan penderita Impostor Syndrome yang sudah dewasa, pesan atau perilaku yang diberikan oleh orang tua mereka di masa kanak-kanak adalah faktor pendorong munculnya Impostor Syndrome . Pesan yang biasanya diterima dari orang tua hanyalah kritik dan jarang mendapat pujian dari orang tua. Ketika seorang anak mendengar kritik yang konsisten untuk sesuatu yang tidak sempurna, mereka belajar bahwa tidak ada hal lain yang penting, orang tua hanya memperhatikan tentang kesalahan yang dilakukan oleh anak mereka. Di sisi lain, jika anak tidak pernah menerima pujian apa pun...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar istilah "SELF CARE" ?? Yuk kita cari tau sama-sama

SELF CARE        Self-care merujuk pada tindakan individu untuk merawat dirinya sendiri secara fisik, mental, dan emosional guna menjaga kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Self-care adalah konsep yang melibatkan kesadaran individu terhadap kebutuhan pribadinya serta pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ini dapat mencakup hal-hal seperti istirahat yang cukup, menjaga pola makan sehat, olahraga, meditasi, hingga mengelola stres dan emosi.      Menurut World Health Organization (WHO), self-care adalah kemampuan individu, keluarga, dan komunitas untuk mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit, menjaga kesehatan, dan mengatasi penyakit dengan atau tanpa dukungan tenaga kesehatan. Aspek Self-Care: 1. Self-Care Fisik: Melibatkan kegiatan yang membantu menjaga kesehatan fisik, seperti tidur yang cukup, pola makan seimbang, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan diri. 2. Self-Care Mental: Fokus pada menjaga kesehatan mental dan emosional ...