Langsung ke konten utama

Fun Fact Psikologi: Kenali Yuk, apasih Self–Efficacy itu?

 Oleh:

Divisi Keilmuan HMJ Psikologi

            Saat menghadapi tantangan, apakah Anda merasa bisa bangkit dan mencapai tujuan atau menyerah dalam kekalahan? Apakah Anda menyukai mesin kereta api kecil yang terkenal dari buku anak-anak klasik ("Saya pikir saya bisa, saya pikir saya bisa!), Atau apakah Anda meragukan kemampuan Anda sendiri untuk bangkit dan mengatasi kesulitan yang dihadapi hidup Anda? Nah untuk itu kita perlu tau apasih self – efficacy itu?

        Self-Efficacy adalah keyakinan seseorang bahwa ia bisa melakukan suatu tugas atau perilaku dengan hasil yang sesuai dengan keinginannya.

           Self-Efficacy dapat memainkan peran tidak hanya dalam bagaimana perasaan Anda tentang diri sendiri, tetapi apakah Anda berhasil mencapai tujuan hidup Anda atau tidak. Konsep self-efficacy adalah pusat teori kognitif sosial Albert Bandura, yang menekankan peran pembelajaran observasional, pengalaman sosial, dan determinisme timbal balik dalam mengembangkan kepribadian. Self-efficacy juga menentukan tujuan apa yang kita pilih untuk dikejar, bagaimana kita mencapai tujuan tersebut, dan bagaimana kita merefleksikan kinerja kita sendiri.

        Albert Bandura (1994) mengatakan bahwa self-efficacy akan mempengaruhi pilihan perilaku yang di lakukan, berapa besar usaha yang dikeluarkan, serta resiliensi dalam menghadapi tantangan atau kegagalan.

Kalian tau ngga sih kenapa Self-Efficacy bisa berpengaruh pada performa kita?

        Karena kalau kita percaya kita bisa melakukan sesuatu, kita akan melihat kesulitan sebagai tantangan, bukan ancaman. Kesulitan dan kegagalan tidak berarti kekalahan, tapi menjadi dorongan untuk mencari cara atau hal yang baru.

Lalu apakah peran dari Self–Efficacy itu?

Hampir semua orang dapat mengidentifikasi tujuan yang ingin mereka capai, hal-hal yang ingin mereka ubah, dan hal-hal yang ingin mereka capai. Namun, kebanyakan orang juga menyadari bahwa mewujudkan rencana ini tidak sesederhana itu. Bandura dan lain-lain telah menemukan bahwa efikasi diri individu memainkan peran utama dalam bagaimana tujuan, tugas, dan tantangan didekati.

 Ø  Orang dengan Self – Efficacy  diri yang kuat:
1.      Kembangkan minat yang lebih dalam pada kegiatan di mana mereka berpartisipasi
2.      Membentuk rasa komitmen yang lebih kuat terhadap minat dan aktivitas mereka
3.      Cepat pulih dari kemunduran dan kekecewaan
4.      Lihat masalah yang menantang sebagai tugas yang harus dikuasai
Ø  Orang dengan Self – Efficacy yang lemah:
1.      Hindari tugas yang menantang
2.      Percaya bahwa tugas dan situasi sulit berada di luar kemampuannya
3.      Fokus pada kegagalan pribadi dan hasil negatif
4.      Cepat kehilangan kepercayaan pada kemampuan pribadi

Faktor Pembentuk Self –Efficacy:

1. Pengalaman keberhasilan (mastery influence)

2. Melihat keberhasilan orang lain (social modeling)

3. Dukungan atau persuasi dari orang lain (social persuasion)

4. Kondisi psikologis atau fisik

Bagaimana Cara Menumbuhkan Self –Efficacy:

1. Rayakan kesuksesan agar kesuksesan tersebut lebih bermakna. Misalnya, makan menu favorit ketika berhasil menyelesaikan masa ujian.

2. Bangun lingkungan yang mendukung. Bertemanlah dengan para pekerja keras dan orang yang cerdas yang bisa membuat kita ikut termotivasi.

3. Ketika merasa tidak yakin akan kemampuan diri, carilah dukungan dari orang terdekat (significant others).

4. Atur keadaan pikiran,emosi, dan fisik kita. Perasaan seperti ragu – ragu, gugup, dan cemas akan berpengaruh pada performa.

5. Jangan lupa untuk tetap beristirahat dengan cukup.


Referensi

Feist, J.,& Feist, G (2009), Theories of  Personality (7th ed, McGraw-Hill.

Kendra, C. (2020), How Self  Efficacy Helps You Achieve Your Goals. Verrywell Mind.

https://www.verywellmind.com/what-is-self-efficacy-2795954


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fun Fact: Kalian Tau Gak Sih Erotomania Itu Apa? Yuk Sama-sama Kita Belajar Bareng

EROTOMANIA      Erotomania adalah kondisi di mana seseorang meyakini dengan kuat bahwa ada seseorang yang mencintainya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Bahkan, dalam beberapa kasus, penderita erotomania mungkin meyakini bahwa orang terkenal tertentu mencintainya.      Orang dengan erotomania memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka sedang disukai oleh seseorang, meskipun orang tersebut mungkin tidak mengenal atau pernah bertemu dengan mereka.       Gangguan delusi erotomania bisa muncul hanya dari berkhayal, mendengar berita, atau melihat aktivitas di media sosial seseorang. Meskipun gangguan ini lebih umum dialami oleh wanita, pria juga dapat mengalaminya. Gejala yang dapat menjadi tanda-tanda seseorang sedang mengalami gangguan erotomania      Selain keyakinan yang berlebihan bahwa seseorang mencintainya, penderita erotomania juga mungkin mengalami gejala-gejala berikut: Menghabiskan waktu berbicara tentang orang yang ...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar tentang Impostor Syndrome? mari kita sama-sama mempelajarinya!

  IMPOSTOR SYNDROME Impostor syndrome adalah perasaan dimana seseorang merasa kesuksesan mereka disebabkan oleh kebetulan atau keberuntungan atau usaha keras yang misterius dan bukan karena kemampuan dan kompetensi mereka sendiri, hal ini dapat diukur melalui fake, luck dan discount. Orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap terbentuknya fenomena Impostor Syndrome pada anak-anak mereka. Ketika bertemu dengan penderita Impostor Syndrome yang sudah dewasa, pesan atau perilaku yang diberikan oleh orang tua mereka di masa kanak-kanak adalah faktor pendorong munculnya Impostor Syndrome . Pesan yang biasanya diterima dari orang tua hanyalah kritik dan jarang mendapat pujian dari orang tua. Ketika seorang anak mendengar kritik yang konsisten untuk sesuatu yang tidak sempurna, mereka belajar bahwa tidak ada hal lain yang penting, orang tua hanya memperhatikan tentang kesalahan yang dilakukan oleh anak mereka. Di sisi lain, jika anak tidak pernah menerima pujian apa pun...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar istilah "SELF CARE" ?? Yuk kita cari tau sama-sama

SELF CARE        Self-care merujuk pada tindakan individu untuk merawat dirinya sendiri secara fisik, mental, dan emosional guna menjaga kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Self-care adalah konsep yang melibatkan kesadaran individu terhadap kebutuhan pribadinya serta pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ini dapat mencakup hal-hal seperti istirahat yang cukup, menjaga pola makan sehat, olahraga, meditasi, hingga mengelola stres dan emosi.      Menurut World Health Organization (WHO), self-care adalah kemampuan individu, keluarga, dan komunitas untuk mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit, menjaga kesehatan, dan mengatasi penyakit dengan atau tanpa dukungan tenaga kesehatan. Aspek Self-Care: 1. Self-Care Fisik: Melibatkan kegiatan yang membantu menjaga kesehatan fisik, seperti tidur yang cukup, pola makan seimbang, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan diri. 2. Self-Care Mental: Fokus pada menjaga kesehatan mental dan emosional ...