Langsung ke konten utama

Fun Fact : Yuk, Kenali Lebih Jauh mengenai Duck Syndrome!

 




Oleh:
Divisi Keilmuan HMJ Psikologi UIN Walisongo

Duck syndrome adalah sebuah keadaan dimana seseorang terlihat tenang dan baik-baik saja, padahal sebenarnya banyak masalah, tekanan, atau kepanikan yang sedang ia hadapi. Hal ini diibaratkan seperti bebek yang sedang berenang, yang kita lihat di atas permukaan itu sangat tenang dan santai, padahal kakinya mengayuh dengan gigih agar tubuhnya tetap dipermukaan air.


Istilah duck syndrome ini pertama kali di temukan di stanford university, Amerika Serikat. Duck syndrome ini sangat menggambarkan mengenai mahasiswa di stanford university itu. Dimana mahasiswa di stanford university terlihat santai, padahal mereka banyak tuntutan dan kecemasan. Salah satu tuntutannya adalah mereka harus bisa mencapai target mereka yang dimana target itu sangat tinggi.


Duck syndrome ini bukan termasuk kategori gangguan mental formal, karena tidak ada diagnostik yang formal untuk kondisi ini. Umumnya hal ini dialami oleh masyarakat berusia muda seperti mahasiswa, pelajar, atau pekerja. Mahasiswa dan pelajar yang kebanyakan dari mereka dituntut untuk memperoleh nilai bagus dan tinggi membuat mereka sangat berusaha semaksimal mungkin untuk memperolehnya dengan berbagai tantangan yang ada. Lalu berusaha untuk memenuhi ekspetasi orang lain yang tinggi juga bisa menjadi faktor yang melatarbelakanginya. Sindrom ini bisa menjadi salah satu hal yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental lainnya seperti kecemasan, depresi, atau bahkan bisa menjadi tahapan awal stres.


Fakor-faktor yang Menyebabkan Duck Syndrome :

  • Tuntutan akademik

Akademik terkadang bisa membuat seseorang merasa kesulitan dalam berbagai hal. Akademik bisa menjadi beban untuk seseorang tidak sesuai dengan kapasitasnya, misalnya saja dengan orang yang berkuliah dijurusan yang tidak sesuai minat dirinya, pasti dia akan bekerja lebih ekstra untuk memenuhi tuntutan akademiknya, untuk meraih nilai yang sesuai standar kelulusan.

  • Ekspetasi orang terdekat 

Ekspetasi orang yang terdekat kita bisa menjadi beban tersendiri untuk kita. Ketika orang terdekat berekspektasi tinggi mengenai diri kita, pasti kita akan berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi ekspetasi itu dengan berbagai cara yang terkadang melebihi kapasitas diri. 

  • Pola asuh helikopter

Pola asuh helikopter ini adalah pola asuhan yang terlalu protektif terhadap semua hal yang dilakukan oleh anak. Pola asuh ini membuat anak terkekang dan harus menuruti semua hal yang diperintah oleh orang tuanya.

  • Pengeruh sosial media 

Sosial media adalah hal yang tidak bisa kita lepaskan pengaruhnya di jaman sekarang ini. Semua orang berusaha menampilkan dirinya dengan versi terbaiknya di sosial media, yang berusaha selalu sempurna di sosial media. Sehingga orang lain melihat bahwa kehidupan seseorang itu baik-baik saja, padahal kita tidak tau hal apa saja yang telah dilewati oleh seseorang ini. 

  • Pengalaman traumatik

Pengalaman traumatik seperti pengalaman pelecehan seksual, KDRT, dan lain lain bisa membuat seseorang itu mengalami duck syndrome. Seseorang terkadang menganggap pengalaman traumatik sebagai aib yang harus disimpan dan harus tetap menampilkan dirinya yang seperti tidak terjadi sesuatu di hadapan publik.

  • Perfeksionisme

Seseorang yang mempunyai sifat perfeksionisme cenderung selalu memaksa dirinya untuk tampil didepan publik dengan versi dan standar terbaiknya, sehingga mereka sulit untuk menerima apa yang menjadi kekurangan dirinya dan berusaha penuh untuk meminimalisir kekurangan itu.


Cara Menangani Duck Syndrome

Jika duck syndrome ini mengarah ke arah yang kurang baik dan bisa memicu terjadinya kecemasan yang lebih lanjut atau hingga depresi maka sebaiknya untuk berkonsultasi dengan tenaga ahlinya yaitu psikolog, konselor, ataupun psikiater. Tetapi jika hal ini tidak terlalu mengarah ke hal itu, maka bisa menerapkan hal-hal ini :

  • Mengenali kapasitas diri sendiri

  • Belajar untuk self love

  • Jangan terlalu memikirkan tentang ekspetasi orang lain

  • Jangan membandingkan diri dengan orang lain

  • Jujur terhadap diri sendiri

  • Jangan selalu memendam masalah




Sumber : Edward, R. D. 2021. Duck Syndrome. Medicine Net.https://www.medicinenet.com/duck_syndrome/article.htm

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fun Fact: Kalian Tau Gak Sih Erotomania Itu Apa? Yuk Sama-sama Kita Belajar Bareng

EROTOMANIA      Erotomania adalah kondisi di mana seseorang meyakini dengan kuat bahwa ada seseorang yang mencintainya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Bahkan, dalam beberapa kasus, penderita erotomania mungkin meyakini bahwa orang terkenal tertentu mencintainya.      Orang dengan erotomania memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka sedang disukai oleh seseorang, meskipun orang tersebut mungkin tidak mengenal atau pernah bertemu dengan mereka.       Gangguan delusi erotomania bisa muncul hanya dari berkhayal, mendengar berita, atau melihat aktivitas di media sosial seseorang. Meskipun gangguan ini lebih umum dialami oleh wanita, pria juga dapat mengalaminya. Gejala yang dapat menjadi tanda-tanda seseorang sedang mengalami gangguan erotomania      Selain keyakinan yang berlebihan bahwa seseorang mencintainya, penderita erotomania juga mungkin mengalami gejala-gejala berikut: Menghabiskan waktu berbicara tentang orang yang ...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar tentang Impostor Syndrome? mari kita sama-sama mempelajarinya!

  IMPOSTOR SYNDROME Impostor syndrome adalah perasaan dimana seseorang merasa kesuksesan mereka disebabkan oleh kebetulan atau keberuntungan atau usaha keras yang misterius dan bukan karena kemampuan dan kompetensi mereka sendiri, hal ini dapat diukur melalui fake, luck dan discount. Orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap terbentuknya fenomena Impostor Syndrome pada anak-anak mereka. Ketika bertemu dengan penderita Impostor Syndrome yang sudah dewasa, pesan atau perilaku yang diberikan oleh orang tua mereka di masa kanak-kanak adalah faktor pendorong munculnya Impostor Syndrome . Pesan yang biasanya diterima dari orang tua hanyalah kritik dan jarang mendapat pujian dari orang tua. Ketika seorang anak mendengar kritik yang konsisten untuk sesuatu yang tidak sempurna, mereka belajar bahwa tidak ada hal lain yang penting, orang tua hanya memperhatikan tentang kesalahan yang dilakukan oleh anak mereka. Di sisi lain, jika anak tidak pernah menerima pujian apa pun...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar istilah "SELF CARE" ?? Yuk kita cari tau sama-sama

SELF CARE        Self-care merujuk pada tindakan individu untuk merawat dirinya sendiri secara fisik, mental, dan emosional guna menjaga kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Self-care adalah konsep yang melibatkan kesadaran individu terhadap kebutuhan pribadinya serta pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ini dapat mencakup hal-hal seperti istirahat yang cukup, menjaga pola makan sehat, olahraga, meditasi, hingga mengelola stres dan emosi.      Menurut World Health Organization (WHO), self-care adalah kemampuan individu, keluarga, dan komunitas untuk mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit, menjaga kesehatan, dan mengatasi penyakit dengan atau tanpa dukungan tenaga kesehatan. Aspek Self-Care: 1. Self-Care Fisik: Melibatkan kegiatan yang membantu menjaga kesehatan fisik, seperti tidur yang cukup, pola makan seimbang, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan diri. 2. Self-Care Mental: Fokus pada menjaga kesehatan mental dan emosional ...