Langsung ke konten utama

Fun Fuct : Apa itu FoMO? Sudah Tidak Asing dengan Istilah ini, Bukan?


Oleh:
Divisi Keilmuan HMJ Psikologi UIN Walisongo

Pernahkah kalian merasakan perasaan tidak mau ketinggalan dengan orang lain lakukan? Ingin selalu ikut merasakan apa yang orang lain rasakan juga? Jika orang lain bahagia kalian merasa aku juga harus merasakan kebahagian itu.

Hati-hati mungkin kalian mengalami sindrom FoMO, apa itu FoMO pasti diantara kalian ada yang merasa asing bukan dengan istilah tersebut?


Menurut para ahli:

 JWT Intelligence (2011), Fear of Missing Out (FoMO) adalah ketakutan yang dirasakan suatu individu yang dikarenakan individu lainnya mengikuti suatu kejadian yang dianggap menyenangkan, namun individu tersebut tidak bisa mengikuti suatu kejadian tersebut. Menurut Przybylski dkk (2013), Fear of Missing Out (FoMO) adalah kecemasan yang dialami individu ketika orang lain mengalami pengalaman berharga, sementara individu tersebut tidak mengalaminya. FoMO ditandai dengan adanya keinginan untuk terus berhubungan dengan apa yang orang lain lakukan.

Dari pengertian para ahli di atas dapat di atas dapat disimpulkan FoMO merupakan keadaan dimana seseorang ingin selalu dikatakan update atau takut tertinggal dari orang lain/orang-orang di sekitarnya.


Penyebab

Lauren Hazzouri seorang psikolog klinis, menyatakan bahwa penyebab seseorang mengalami fear of missing out, karena FoMO mendorong seseorang untuk memenuhi standar lingkungannya. Hal inilah yang menyebabkan seseorang itu dapat melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang.

Misalnya, ketika seseorang diajak untuk menonton film di bioskop yang padahal seseorang itu tidak terlalu minat dengan filmnya tetapi seseorang itu tanpa berpikir panjang ikut menontonnya karena khawatir akan ada momen seru yang terlewat atau nantinya seseorang itu takut tidak dapat ikut pembicaraan dengan teman-temanya karena tidak ikut menonton film.


Cara mengatasi:

  1. Fokus Pada Kelebihanmu

Menyibukkan diri dengan fokus mengembangkan kelebihan diri sendiri dapat mengalihkan diri untuk tidak memikirkan hal-hal yang tidak penting. Bersyukur dan fokus pada apa yang sudah kamu punya bisa meredam rasa iri dan cemas.

   

  1. Batasi Penggunaan Media Sosial

Karena media sosial berperan besar dalam membuat seseorang menjadi FoMO. Dengan membatasinya kamu juga dapat membatasi hal-hal kurang penting yang tidak perlu kamu tahu.


  1. Membangun Koneksi Secara Langsung

Sebaiknya mencoba untuk membentuk relasi secara nyata daripada secara online terus menerus, karena dengan berinteraksi secara langsung justru dapat memengaruhi apa yang benar-benar mereka alami dan rasakan.


  1. Mengubah Persepsi

Banyak peneliti mengungkapkan bahwa FoMO merupakan suatu bentuk pemikiran distorsi atau pola pikir irasional. Mungkin seseorang yang mengalami FoMO berpikir negatif seperti takut dibicarakan teman-temanya ketika tidak ikut berkumpul. Maka dari itu perlu adanya kontrol pikiran agar tidak memikirkan hal-hal negatif yang tidak penting.


Sumber :

Marlina, R. D. (2017). Hubungan antara fear of missing out (fomo) dengan kecenderungan kecanduan internet pada emerging adulthood (Doctoral dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta).

Sianipar, N. A., & Kaloeti, D. V. S. (2019). Hubungan antara regulasi diri dengan fear of missing out (Fomo) pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal Empati, 8(1), 136-143.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fun Fact: Kalian Tau Gak Sih Erotomania Itu Apa? Yuk Sama-sama Kita Belajar Bareng

EROTOMANIA      Erotomania adalah kondisi di mana seseorang meyakini dengan kuat bahwa ada seseorang yang mencintainya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Bahkan, dalam beberapa kasus, penderita erotomania mungkin meyakini bahwa orang terkenal tertentu mencintainya.      Orang dengan erotomania memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka sedang disukai oleh seseorang, meskipun orang tersebut mungkin tidak mengenal atau pernah bertemu dengan mereka.       Gangguan delusi erotomania bisa muncul hanya dari berkhayal, mendengar berita, atau melihat aktivitas di media sosial seseorang. Meskipun gangguan ini lebih umum dialami oleh wanita, pria juga dapat mengalaminya. Gejala yang dapat menjadi tanda-tanda seseorang sedang mengalami gangguan erotomania      Selain keyakinan yang berlebihan bahwa seseorang mencintainya, penderita erotomania juga mungkin mengalami gejala-gejala berikut: Menghabiskan waktu berbicara tentang orang yang ...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar tentang Impostor Syndrome? mari kita sama-sama mempelajarinya!

  IMPOSTOR SYNDROME Impostor syndrome adalah perasaan dimana seseorang merasa kesuksesan mereka disebabkan oleh kebetulan atau keberuntungan atau usaha keras yang misterius dan bukan karena kemampuan dan kompetensi mereka sendiri, hal ini dapat diukur melalui fake, luck dan discount. Orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap terbentuknya fenomena Impostor Syndrome pada anak-anak mereka. Ketika bertemu dengan penderita Impostor Syndrome yang sudah dewasa, pesan atau perilaku yang diberikan oleh orang tua mereka di masa kanak-kanak adalah faktor pendorong munculnya Impostor Syndrome . Pesan yang biasanya diterima dari orang tua hanyalah kritik dan jarang mendapat pujian dari orang tua. Ketika seorang anak mendengar kritik yang konsisten untuk sesuatu yang tidak sempurna, mereka belajar bahwa tidak ada hal lain yang penting, orang tua hanya memperhatikan tentang kesalahan yang dilakukan oleh anak mereka. Di sisi lain, jika anak tidak pernah menerima pujian apa pun...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar istilah "SELF CARE" ?? Yuk kita cari tau sama-sama

SELF CARE        Self-care merujuk pada tindakan individu untuk merawat dirinya sendiri secara fisik, mental, dan emosional guna menjaga kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Self-care adalah konsep yang melibatkan kesadaran individu terhadap kebutuhan pribadinya serta pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ini dapat mencakup hal-hal seperti istirahat yang cukup, menjaga pola makan sehat, olahraga, meditasi, hingga mengelola stres dan emosi.      Menurut World Health Organization (WHO), self-care adalah kemampuan individu, keluarga, dan komunitas untuk mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit, menjaga kesehatan, dan mengatasi penyakit dengan atau tanpa dukungan tenaga kesehatan. Aspek Self-Care: 1. Self-Care Fisik: Melibatkan kegiatan yang membantu menjaga kesehatan fisik, seperti tidur yang cukup, pola makan seimbang, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan diri. 2. Self-Care Mental: Fokus pada menjaga kesehatan mental dan emosional ...