Langsung ke konten utama

Fun Fact : Apakah JoMO Sama Dengan FoMO? Yuk, Cari Tahu Lebih Lanjut!





Oleh:
Divisi Keilmuan HMJ Psikologi UIN Walisongo

JOMO atau joy of missing out adalah istilah yang merujuk pada tindakan untuk tidak terlibat dalam kegiatan tertentu, terutama yang berkaitan dengan media sosial atau sumber hiburan lainnya. JOMO didefinisikan sebagai perasaan kepuasan diri di mana seseorang sudah merasa cukup dengan hidupnya sehingga mereka merasa bebas dan lebih fokus pada hal-hal yang mereka senangi. Mereka yang menerapkan JOMO cenderung lebih tenang menjalani hidup tanpa takut melewatkan kesenangan bersama teman-teman. Adanya istilah JOMO diharapkan dapat melatih seseorang untuk mengendalikan obsesi yang berlebih, salah satunya dengan membatasi penggunaan media sosial.


Dengan beristirahat sejenak dari media sosial, kita mungkin akan menemukan aktivitas lain yang tak kalah menyenangkan. Menemukan kebahagiaan dari hal-hal sederhana inilah yang juga menjadi tujuan JOMO.


Salah satu hal yang ingin ditekankan dalam praktik JOMO adalah menyisakan lebih banyak waktu, tenaga, dan emosi untuk benar-benar dipilah mana yang harusnya jadi prioritas utama. Berikut hal yang bisa Anda lakukan untuk memulainya.

 Susun rencana untuk melakukan sesuatu yang bisa menghubungkan Anda dengan orang-orang terdekat. Bisa dengan janji bertemu di kedai kopi, jalan-jalan sore di taman dengan keluarga, atau melanjutkan lukisan yang belum terselesaikan. Kegiatan ini akan membantu mengalihkan perhatian Anda dari pikiran tentang kehidupan orang lain.

 Ketahui dan fokus kejar apa kemauanmu itu. Saat orang di sekitarmu punya banyak pencapaian, rasa takut ketinggalan sangat mudah datang. Perasaan itu bisa dicegah kalau kamu tahu apa yang benar-benar kamu inginkan, bukan sekadar ikut-ikutan.

 Matikan notifikasi agar tak muncul di beranda ponsel Anda, kecuali jika notifikasi tersebut merupakan surel yang berhubungan dengan pekerjaan atau hal-hal penting lainnya.

 Keluarlah dari akun media sosial, berhenti mengikuti akun dari orang-orang yang dapat memicu perasaan negatif. Tetapkan batas harian seberapa lama Anda menghabiskan waktu di media sosial, bila perlu Anda juga bisa menghapus aplikasinya untuk sementara waktu.

Anda tak selalu harus mengiyakan ajakan untuk pergi melakukan kegiatan atau datang ke acara sosial jika memang tak masuk prioritas. Sisakan waktu untuk berdiam diri di rumah dan lakukan kegiatan yang Anda senangi.


Anda tak perlu merasa terdesak untuk segera melakukan semua langkah di atas. Jika meninggalkan media sosial untuk beberapa lama terlalu memberatkan, Anda juga bisa memulai dengan menyisakan satu hari untuk libur dari penggunaan berbagai aplikasinya.


Menerapkan JOMO (joy of missing out) bukan berarti Anda harus benar-benar menghilang dan tidak bersosialisasi dengan orang lain. Justru JOMO membantu kita untuk mulai membangun koneksi yang lebih dalam dengan orang-orang di sekitar seperti keluarga atau sahabat. 




Sumber


Puji, A. (2022). Joy of Missing Out (JOMO), Tak Takut Melewatkan Tren. https://hellosehat.com/mental/apa-itu-jomo/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fun Fact: Kalian Tau Gak Sih Erotomania Itu Apa? Yuk Sama-sama Kita Belajar Bareng

EROTOMANIA      Erotomania adalah kondisi di mana seseorang meyakini dengan kuat bahwa ada seseorang yang mencintainya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Bahkan, dalam beberapa kasus, penderita erotomania mungkin meyakini bahwa orang terkenal tertentu mencintainya.      Orang dengan erotomania memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka sedang disukai oleh seseorang, meskipun orang tersebut mungkin tidak mengenal atau pernah bertemu dengan mereka.       Gangguan delusi erotomania bisa muncul hanya dari berkhayal, mendengar berita, atau melihat aktivitas di media sosial seseorang. Meskipun gangguan ini lebih umum dialami oleh wanita, pria juga dapat mengalaminya. Gejala yang dapat menjadi tanda-tanda seseorang sedang mengalami gangguan erotomania      Selain keyakinan yang berlebihan bahwa seseorang mencintainya, penderita erotomania juga mungkin mengalami gejala-gejala berikut: Menghabiskan waktu berbicara tentang orang yang ...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar tentang Impostor Syndrome? mari kita sama-sama mempelajarinya!

  IMPOSTOR SYNDROME Impostor syndrome adalah perasaan dimana seseorang merasa kesuksesan mereka disebabkan oleh kebetulan atau keberuntungan atau usaha keras yang misterius dan bukan karena kemampuan dan kompetensi mereka sendiri, hal ini dapat diukur melalui fake, luck dan discount. Orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap terbentuknya fenomena Impostor Syndrome pada anak-anak mereka. Ketika bertemu dengan penderita Impostor Syndrome yang sudah dewasa, pesan atau perilaku yang diberikan oleh orang tua mereka di masa kanak-kanak adalah faktor pendorong munculnya Impostor Syndrome . Pesan yang biasanya diterima dari orang tua hanyalah kritik dan jarang mendapat pujian dari orang tua. Ketika seorang anak mendengar kritik yang konsisten untuk sesuatu yang tidak sempurna, mereka belajar bahwa tidak ada hal lain yang penting, orang tua hanya memperhatikan tentang kesalahan yang dilakukan oleh anak mereka. Di sisi lain, jika anak tidak pernah menerima pujian apa pun...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar istilah "SELF CARE" ?? Yuk kita cari tau sama-sama

SELF CARE        Self-care merujuk pada tindakan individu untuk merawat dirinya sendiri secara fisik, mental, dan emosional guna menjaga kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Self-care adalah konsep yang melibatkan kesadaran individu terhadap kebutuhan pribadinya serta pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ini dapat mencakup hal-hal seperti istirahat yang cukup, menjaga pola makan sehat, olahraga, meditasi, hingga mengelola stres dan emosi.      Menurut World Health Organization (WHO), self-care adalah kemampuan individu, keluarga, dan komunitas untuk mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit, menjaga kesehatan, dan mengatasi penyakit dengan atau tanpa dukungan tenaga kesehatan. Aspek Self-Care: 1. Self-Care Fisik: Melibatkan kegiatan yang membantu menjaga kesehatan fisik, seperti tidur yang cukup, pola makan seimbang, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan diri. 2. Self-Care Mental: Fokus pada menjaga kesehatan mental dan emosional ...