Langsung ke konten utama

Fun Fact: Apa sih PFA (Psychological First Aid) itu?, Yuk Sama-sama Belajar!!

 





PSYCHOLOGICAL FIRST AID (PFA)

     Psychological First Aid (PFA) atau pertolongan pertama psikologis merupakan serangkaian tindakan yang diberikan dari seorang penolong pada kelompok yang membutuhkan dukungan guna membantu menguatkan mental seseorang pasca suatu kejadian krisis atau traumatis. Kejadian traumatis tersebut dapat berupa bencana alam, kekerasan seksual, hingga kematian orang tercinta.

Prinsip dalam menjalankan Psychological First Aid (PFA)

1.      Look (mengamati)

     Prinsip pertama melakukan PFA yaitu mengamati lingkungan sekitar penyintas. Setelah itu, cari siapa saja yang tampak paling membutuhkan pertolongan. Pada dasarnya, psychological first aid bisa diberikan untuk siapa saja. Namun, dibawah ini terdapat beberapa kategori yang diutamakan untuk mendapat PFA.

-          Anak-anak, termasuk remaja.

-          Seseorang dengan disabilitas atau memiliki kondisi kesehatan tertentu, termasuk lansia dan ibu hamil.

-          Seseorang yang berisiko mendapatkan diskriminasi atau kekerasan.

     Helper mungkin tidak bisa memberikan pertolongan langsung, tetapi setidaknya helper bisa membantu mereka mendapatkan pertolongan yang tepat.

2.      Listen (mendengarkan)

     Mendengarkan secara aktif merupakan tugas utama seorang pemberi PFA. Seorang penolong sepatutnya mempunyai empati terhadap kelompok penyintas tentang apa yang mereka rasakan, mereka alami, serta harapan mereka setelah mengalami suatu kejadian yang krisis. Maka dari itu, coba dengarkan dan pahamilah apa yang mereka rasakan.

3.      Link (menghubungkan)

     Prinsip psychological first aid yang terakhir adalah membantu penyintas untuk memenuhi kebutuhan dasar atas masalah yang mereka hadapi. Seorang penolong mungkin perlu menghubungkan antara penyintas dengan pemberi layanan kesehatan, anggota keluarga, atau pihak lain yang punya kemampuan untuk meringankan masalah yang dimilikinya. Sebagai contoh, helper bisa memberikan kontak layanan kesehatan terdekat atau memberi tahu tempat mendapat makanan dan minuman di pengungsian.

Siapa saja yang boleh melakukan Psychological First Aid (PFA)?

     PFA tidak hanya bisa dilakukan oleh psychological helper seperti psikolog, psikiater, melainkan bisa dilakukan oleh siapa saja yang telah melakukan pelatihan dan memahami makna serta prinsip-prinsip PFA, maka mereka juga bisa melakukan tindakan PFA dalam situasi darurat seperti situasi krisis atau kebencanaan.

Tujuan Psychological First Aid (PFA)

PFA merupakan serangkaian keterampilan dasar yang bersifat praktis yang bertujuan untuk:

1.      Mengurangi serta mencegah munculnya dampak psikologis yang lebih buruk dari bencana atau situasi sulit lainnya

2.      Memperkuat proses pemulihan psikologis

3.      Membuat penyintas dalam kondisi yang aman, nyaman, tenang, dan terhubung. Sehingga mereka merasa bahwa situasi se-krisis apapun tetap bisa ditangani dengan baik.

Cara melakukan Psychological First Aid (PFA)

1.      Membangun komunikasi

     Helper atau penolong bisa mencoba membangun komunikasi dengan cara tetap berada di dekatnya dan menanyakan apa kebutuhan mereka. Dengan begitu, harapannya para penyintas bisa merasa nyaman dengan keberadaan helper dan mau lebih terbuka. Membaca gestur atau bahasa tubuh serta sorot mata berperan penting selama berkomunikasi dengan penyintas. Tak hanya itu, penolong mungkin juga perlu menyesuaikan cara komunikasi dengan latar belakang penyintas.

2.      Mempelajari situasi dan kondisi

     Sebelum memberikan PFA, pastikan helper/penolong sudah mengetahui kondisi lapangan yang ada.

3.      Melaksanakan PFA sesuai dengan prinsip

     Mengamati, mendengar, serta menghubungkan merupakan prinsip pelaksanaan psychological first aid. Pastikan helper telah mengamati kondisi sekitar serta mengutamakan pertolongan pada seseorang dengan gejala stres yang nampak cukup berat. Setelah itu, dengarkan apa yang mereka rasakan dan benar-benar butuhkan. Selanjutnya, hubungkan mereka dengan penyedia kebutuhan dan layanan mendasar terdekat.

Referensi

Asih, M. K., Utami, R. R., & Kurniawan, Y. (2018). Psychological First Aid (PFA) untuk Pendamping Balai Pemasyarakatan (Bapas Kelas 1) Semarang. SNKPPM, 1(1), 450-453.

Cahyono, Wahyu. (2015). PSYCHOLOGICAL FIRST AID “Sebuah Kesiapsiagaan diri Kita untuk Kita”Edisi kedua. Depok: Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Damayanti, F. E., & Avelina, Y. (2019, January). Keefektifan Psychological First Aid (PFA) sebagai Pertolongan Pertama pada Korban Bencana & Trauma. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL 2018 “PERAN DAN TANGGUNG JAWAB TENAGA KESEHATAN DALAM MENDUKUNG PROGRAM KESEHATAN NASIONAL” (pp. 117-124).

Pawestri, H. S. (2023). Psychological First Aid, Pertolongan Pertama Saat Hadapi Krisis. https://hellosehat.com/mental/psychological-first-aid/

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fun Fact: Kalian Tau Gak Sih Erotomania Itu Apa? Yuk Sama-sama Kita Belajar Bareng

EROTOMANIA      Erotomania adalah kondisi di mana seseorang meyakini dengan kuat bahwa ada seseorang yang mencintainya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Bahkan, dalam beberapa kasus, penderita erotomania mungkin meyakini bahwa orang terkenal tertentu mencintainya.      Orang dengan erotomania memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka sedang disukai oleh seseorang, meskipun orang tersebut mungkin tidak mengenal atau pernah bertemu dengan mereka.       Gangguan delusi erotomania bisa muncul hanya dari berkhayal, mendengar berita, atau melihat aktivitas di media sosial seseorang. Meskipun gangguan ini lebih umum dialami oleh wanita, pria juga dapat mengalaminya. Gejala yang dapat menjadi tanda-tanda seseorang sedang mengalami gangguan erotomania      Selain keyakinan yang berlebihan bahwa seseorang mencintainya, penderita erotomania juga mungkin mengalami gejala-gejala berikut: Menghabiskan waktu berbicara tentang orang yang ...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar tentang Impostor Syndrome? mari kita sama-sama mempelajarinya!

  IMPOSTOR SYNDROME Impostor syndrome adalah perasaan dimana seseorang merasa kesuksesan mereka disebabkan oleh kebetulan atau keberuntungan atau usaha keras yang misterius dan bukan karena kemampuan dan kompetensi mereka sendiri, hal ini dapat diukur melalui fake, luck dan discount. Orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap terbentuknya fenomena Impostor Syndrome pada anak-anak mereka. Ketika bertemu dengan penderita Impostor Syndrome yang sudah dewasa, pesan atau perilaku yang diberikan oleh orang tua mereka di masa kanak-kanak adalah faktor pendorong munculnya Impostor Syndrome . Pesan yang biasanya diterima dari orang tua hanyalah kritik dan jarang mendapat pujian dari orang tua. Ketika seorang anak mendengar kritik yang konsisten untuk sesuatu yang tidak sempurna, mereka belajar bahwa tidak ada hal lain yang penting, orang tua hanya memperhatikan tentang kesalahan yang dilakukan oleh anak mereka. Di sisi lain, jika anak tidak pernah menerima pujian apa pun...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar istilah "SELF CARE" ?? Yuk kita cari tau sama-sama

SELF CARE        Self-care merujuk pada tindakan individu untuk merawat dirinya sendiri secara fisik, mental, dan emosional guna menjaga kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Self-care adalah konsep yang melibatkan kesadaran individu terhadap kebutuhan pribadinya serta pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ini dapat mencakup hal-hal seperti istirahat yang cukup, menjaga pola makan sehat, olahraga, meditasi, hingga mengelola stres dan emosi.      Menurut World Health Organization (WHO), self-care adalah kemampuan individu, keluarga, dan komunitas untuk mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit, menjaga kesehatan, dan mengatasi penyakit dengan atau tanpa dukungan tenaga kesehatan. Aspek Self-Care: 1. Self-Care Fisik: Melibatkan kegiatan yang membantu menjaga kesehatan fisik, seperti tidur yang cukup, pola makan seimbang, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan diri. 2. Self-Care Mental: Fokus pada menjaga kesehatan mental dan emosional ...