Hoarding Disorder
Apa Itu Hoarding Disorder?
Secara harfiah kata hoard sendiri artinya menimbun, jadi seseorang
yang mengalami hoarding disorder ini dapat
dikatakan ia memiliki gangguan mental yang membuatnya sulit membuang barang dan
akhirnya menyimpan barang atau benda tersebut, terlepas dari nilainya. Namun
jika menurut ia sendiri barang atau benda tersebut ada makna dan ada nilainya. Seseorang
yang mengalami hoarding disorder ini menimbun
barang atau mengumpulkan barang secara impulsif dan tidak terorganisir serta
tanpa perencanaan dan perawatan. Kondisi ini dapat mengganggu kualitas
hidup dalam berbagai aspek, salah satunya menyebabkan seseorang menjadi stres
dan malu dalam kehidupan sosial, keluarga, serta pekerjaannya.
Gejala Hoarding Disorder
Menimbun serta menyimpan barang dalam
jumlah yang berlebihan merupakan gejala awal hoarding disorder. Penderita juga dapat menunjukkan tanda dan
gejala sebagai berikut:
1. Sulit
untuk membuang barang-barang yang sebenarnya tidak berguna
2. Merasa
cemas saat hendak membuang barang yang tidak berguna
3. Suka
menyimpan barang yang tidak ada nilainya menurut orang lain
4. Sulit
mengatur barangnya secara rapi
5. Merasa
tertekan dan cemas saat benda miliknya disentuh orang lain
6. Menyimpan
barang sampai mengganggu fungsi ruangan di rumah
7. Melarang
orang lain membersihkan rumah atau kamarnya
8. Menjauhkan
diri dari keluarga dan teman
Penyebab
Hoarding Disorder
Penyebab hoarding disorder belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa
faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu:
1. Memiliki
gangguan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, skizofrenia, dan gangguan
obsesif kompulsif (OCD)
2. Dibesarkan
dalam keluarga yang tidak mengajari cara memilah barang
3. Memiliki
keluarga yang punya riwayat hoarding disorder
4. Kurang
kasih sayang saat masih kecil
5. Ada
masalah di otak pasca operasi atau ada infeksi
6. Pernah
mengalami kesulitan ekonomi
7. Pernah
mengalami kehilangan harta benda akibat bencana
Pengobatan Hoarding
Disorder
Perawatan utama dalam gangguan ini adalah terapi perilaku kognitif. Obat-obatan
dapat diberikan sebagai pengobatan tambahan apabila pengidapnya juga mengalami
kecemasan ataupun depresi.
Psikoterapi,
juga disebut terapi bicara, adalah pengobatan utama. Sebagai bagian dari terapi
perilaku kognitif, pengidap hoarding
disorder dapat melakukan beberapa hal, seperti:
2. Belajar
untuk menahan keinginan untuk menyimpan lebih banyak barang.
3. Berlatih
untuk mengatur dan mengkategorikan harta benda untuk membantu memutuskan mana
yang harus dibuang.
4. Meningkatkan
keterampilan pengambilan keputusan dan sistem koping.
5. Merapikan
rumah secara rutin.
6. Berlatih
untuk mengurangi pengurungan diri dan meningkatkan keterlibatan sosial dengan
kegiatan yang lebih positif.
7. Lakukan
kunjungan berkala atau perawatan berkelanjutan untuk membantu mempertahankan
kebiasaan sehat.
Referensi
DEWI,
E., & MULYANA, A. R. (2022). Perancangan Kampanye Dampak Menimbun Barang
Tak Terpakai (Hoarding Disorder) Bagi Remaja Pasca Pandemi. FAD, 10-10.
Hutomo,
H. M. (2022). Hoarding Disorder: Gejala, Penyebab, Pengobatannya. https://primayahospital.com/kejiwaan/hoarding-disorder/
Makarim,
F. R. (2022). Hoarding Disorder – Gejala, Penyebab, dan Pengobatan. https://www.halodoc.com/kesehatan/hoarding-disorder
Pittara.
(2023). Hoarding disorder. https://www.alodokter.com/hoarding-disorder
.png)
Komentar
Posting Komentar