Langsung ke konten utama

Fun Fact: "Hoarding Disorder" Itu Apa Sih? Yuk Simak Penjelasan Berikut!!

 




Hoarding Disorder

Apa Itu Hoarding Disorder?

     Secara harfiah kata hoard sendiri artinya menimbun, jadi seseorang yang mengalami hoarding disorder ini dapat dikatakan ia memiliki gangguan mental yang membuatnya sulit membuang barang dan akhirnya menyimpan barang atau benda tersebut, terlepas dari nilainya. Namun jika menurut ia sendiri barang atau benda tersebut ada makna dan ada nilainya. Seseorang yang mengalami hoarding disorder ini menimbun barang atau mengumpulkan barang secara impulsif dan tidak terorganisir serta tanpa perencanaan dan perawatan. Kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup dalam berbagai aspek, salah satunya menyebabkan seseorang menjadi stres dan malu dalam kehidupan sosial, keluarga, serta pekerjaannya.

Gejala Hoarding Disorder

     Menimbun serta menyimpan barang dalam jumlah yang berlebihan merupakan gejala awal hoarding disorder. Penderita juga dapat menunjukkan tanda dan gejala sebagai berikut:

1.      Sulit untuk membuang barang-barang yang sebenarnya tidak berguna

2.      Merasa cemas saat hendak membuang barang yang tidak berguna

3.      Suka menyimpan barang yang tidak ada nilainya menurut orang lain

4.      Sulit mengatur barangnya secara rapi

5.      Merasa tertekan dan cemas saat benda miliknya disentuh orang lain

6.      Menyimpan barang sampai mengganggu fungsi ruangan di rumah

7.      Melarang orang lain membersihkan rumah atau kamarnya

8.      Menjauhkan diri dari keluarga dan teman

 

Penyebab Hoarding Disorder

     Penyebab hoarding disorder belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu:

1.      Memiliki gangguan mental lainnya, seperti gangguan kecemasan, skizofrenia, dan gangguan obsesif kompulsif (OCD)

2.      Dibesarkan dalam keluarga yang tidak mengajari cara memilah barang

3.      Memiliki keluarga yang punya riwayat hoarding disorder

4.      Kurang kasih sayang saat masih kecil

5.      Ada masalah di otak pasca operasi atau ada infeksi

6.      Pernah mengalami kesulitan ekonomi

7.      Pernah mengalami kehilangan harta benda akibat bencana

 

Pengobatan Hoarding Disorder

     Perawatan utama dalam gangguan ini adalah terapi perilaku kognitif. Obat-obatan dapat diberikan sebagai pengobatan tambahan apabila pengidapnya juga mengalami kecemasan ataupun depresi.

     Psikoterapi, juga disebut terapi bicara, adalah pengobatan utama. Sebagai bagian dari terapi perilaku kognitif, pengidap hoarding disorder dapat melakukan beberapa hal, seperti:

1.      Belajar mengidentifikasi dan menolak pemikiran dan keyakinan yang terkait dengan memperoleh dan menyimpan barang.

2.      Belajar untuk menahan keinginan untuk menyimpan lebih banyak barang.

3.      Berlatih untuk mengatur dan mengkategorikan harta benda untuk membantu memutuskan mana yang harus dibuang.

4.      Meningkatkan keterampilan pengambilan keputusan dan sistem koping.

5.      Merapikan rumah secara rutin.

6.      Berlatih untuk mengurangi pengurungan diri dan meningkatkan keterlibatan sosial dengan kegiatan yang lebih positif.

7.      Lakukan kunjungan berkala atau perawatan berkelanjutan untuk membantu mempertahankan kebiasaan sehat.

 

 

 

 

 

 

Referensi

 

DEWI, E., & MULYANA, A. R. (2022). Perancangan Kampanye Dampak Menimbun Barang Tak Terpakai (Hoarding Disorder) Bagi Remaja Pasca Pandemi. FAD, 10-10.

Hutomo, H. M. (2022). Hoarding Disorder: Gejala, Penyebab, Pengobatannya. https://primayahospital.com/kejiwaan/hoarding-disorder/

Makarim, F. R. (2022). Hoarding Disorder – Gejala, Penyebab, dan Pengobatan. https://www.halodoc.com/kesehatan/hoarding-disorder

Pittara. (2023). Hoarding disorder. https://www.alodokter.com/hoarding-disorder  

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fun Fact: Kalian Tau Gak Sih Erotomania Itu Apa? Yuk Sama-sama Kita Belajar Bareng

EROTOMANIA      Erotomania adalah kondisi di mana seseorang meyakini dengan kuat bahwa ada seseorang yang mencintainya, meskipun kenyataannya tidak demikian. Bahkan, dalam beberapa kasus, penderita erotomania mungkin meyakini bahwa orang terkenal tertentu mencintainya.      Orang dengan erotomania memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka sedang disukai oleh seseorang, meskipun orang tersebut mungkin tidak mengenal atau pernah bertemu dengan mereka.       Gangguan delusi erotomania bisa muncul hanya dari berkhayal, mendengar berita, atau melihat aktivitas di media sosial seseorang. Meskipun gangguan ini lebih umum dialami oleh wanita, pria juga dapat mengalaminya. Gejala yang dapat menjadi tanda-tanda seseorang sedang mengalami gangguan erotomania      Selain keyakinan yang berlebihan bahwa seseorang mencintainya, penderita erotomania juga mungkin mengalami gejala-gejala berikut: Menghabiskan waktu berbicara tentang orang yang ...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar tentang Impostor Syndrome? mari kita sama-sama mempelajarinya!

  IMPOSTOR SYNDROME Impostor syndrome adalah perasaan dimana seseorang merasa kesuksesan mereka disebabkan oleh kebetulan atau keberuntungan atau usaha keras yang misterius dan bukan karena kemampuan dan kompetensi mereka sendiri, hal ini dapat diukur melalui fake, luck dan discount. Orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap terbentuknya fenomena Impostor Syndrome pada anak-anak mereka. Ketika bertemu dengan penderita Impostor Syndrome yang sudah dewasa, pesan atau perilaku yang diberikan oleh orang tua mereka di masa kanak-kanak adalah faktor pendorong munculnya Impostor Syndrome . Pesan yang biasanya diterima dari orang tua hanyalah kritik dan jarang mendapat pujian dari orang tua. Ketika seorang anak mendengar kritik yang konsisten untuk sesuatu yang tidak sempurna, mereka belajar bahwa tidak ada hal lain yang penting, orang tua hanya memperhatikan tentang kesalahan yang dilakukan oleh anak mereka. Di sisi lain, jika anak tidak pernah menerima pujian apa pun...

Fun Fact : Pernahkah kamu mendengar istilah "SELF CARE" ?? Yuk kita cari tau sama-sama

SELF CARE        Self-care merujuk pada tindakan individu untuk merawat dirinya sendiri secara fisik, mental, dan emosional guna menjaga kesejahteraan dan kualitas hidupnya. Self-care adalah konsep yang melibatkan kesadaran individu terhadap kebutuhan pribadinya serta pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ini dapat mencakup hal-hal seperti istirahat yang cukup, menjaga pola makan sehat, olahraga, meditasi, hingga mengelola stres dan emosi.      Menurut World Health Organization (WHO), self-care adalah kemampuan individu, keluarga, dan komunitas untuk mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit, menjaga kesehatan, dan mengatasi penyakit dengan atau tanpa dukungan tenaga kesehatan. Aspek Self-Care: 1. Self-Care Fisik: Melibatkan kegiatan yang membantu menjaga kesehatan fisik, seperti tidur yang cukup, pola makan seimbang, olahraga rutin, dan menjaga kebersihan diri. 2. Self-Care Mental: Fokus pada menjaga kesehatan mental dan emosional ...